Kamis, 27 Februari 2014






Di susun oleh :

1.  RENTI SETIA WATI
2.  PARESTIA
3.  RENI YULIANTI
4.  ANDRE LASMANA
5.  FIKRI EBTA WARDANA
6.  DEWI PURMAWANTI
7.  YENI MARETA
8.  DARYATI
9.     EFRINA YULIANI


Pendahuluan 
Abu gosok dikenal masyarakat sebagai bahan untuk mencuci peralatan dapur yang nodanya susah hilang. Biasanya penggunaannya dibarengi dengan serabut kelapa dan air hangat.
Di zaman yang semakin modern saat ini jarang kita temui perempuan atau ibu rumah tangga yang masih memanfaatkan abu gosok, meskipun masih ada sebagian dari mereka di beberapa tempat seperti pedalaman desa yang menggunakannya.
Seiring dengan munculnya beberapa produk kebersihan alat rumah tangga yang semakin canggih. Sehingga fungsi abu gosok sebagai pembersih alat dapur jadi bergeser dan tergantikan. 
Sebenarnya abu gosok ini terbilang alami karena berasal dari limbah pembakaran tumbuhan. Biasanya dari sekam padi. Kandungan kalium yang terdapat di dalam abu gosok inilah yang berperan penting dalam menghilangkan noda membandel pada ketel atau peralatan dapur lainnya.
Kalium yang bereaksi dengan air menghasilkan Kalium hidroksida yang bersifat basa sehingga mampu bereaksi terhadap kotoran dan mengangkatnya keluar. Sayangnya penggunaannya yang terlalu menguras tenaga dan dinilai tidak efisien membuatnya ditinggalkan oleh sebagian besar perempuan. 
Abu gosok sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai pembersih peralatan dapur yang kotor, tapi juga berperan penting dalam beberapa hal seperti:
Membersihkan mebel kayu yang berpelitur,Membersihkan kaca ,Memutihkan gigi,Membuat bibit tanaman tahan lama dan bebas hama
,
Menghindarkan daun dan pangkal pohon dari hama ulat, Membuat telur asin
saya hanya akan menjelaskan sedikit pemanfaatan abu gosok pada telur asin 



Gangguan akibat kurang Iodium masih merupakan masalah kesehatan masyarakat serius di Indonesia, mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia, disamping itu juga luas cakupan penduduk dan wilayahnya merata hampir menyeluruh. Upaya pemerintah untuk menurunkan prevalensi gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY) ialah dengan program iodisasi garam sejak tahun 1977. Namun, cakupan konsumsi garam mengandung cukup yodium secara nasional masih 62.3%.1
Iodium merupakan faktor penting untuk pertumbuhan, kesehatan dan reproduksi (Under-wood, 1971).2 Kebutuhan iodium per orang per hari untuk anak umur 0-3 th adalah 90 μg, orang dewasa adalah 150 μg (AKG, 2004).3 Kekurangan iodium antara lain dapat menimbulkan pembesaran kelenjar tiroid sampai pada gondok. Seorang ibu hamil yang kekurangan Iodium dapat melahirkan bayi yang otaknya tidak berkembang, suatu keadaan yang disebut kretinisme, sedangkan bila kelebihan dapat menyebabkan goiter (gondok) dan sampai pada hipertiroidisme.4
Pengasinan merupakan upaya untuk memper-tahankan kualitas telur, yang dikenal dengan pembuatan telur asin. Telur yang diasinkan akan lebih awet dalam penyimpanan di samping mempunyai cita rasa yang lebih baik. Telur yang diasinkan dengan garam beriodium mengalami peningkatan kandungan,5 sehingga dapat sebagai bahan makanan sumber iodium. Disamping itu juga memiliki kandungan protein dan lemak cukup tinggi. Kadar protein dan lemak pada telur itik masing-masing 13,6 % dan 13,3 %.6
Cara pembuatan telur asin di masyarakat biasanya dilakukan dengan cara membungkus atau menyimpan telur dalam media yang berupa campuran dari garam dicampur dengan serbuk batu bata, abu gosok, kapur atau tanah liat, atau dengan larutan garam jenuh.7 Pemeraman biasanya dilaku-kan selama 15 sampai dengan 20 hari. Dengan beragamnya jenis media yang digunakan dalam pengawetan telur, maka perlu diketahui jenis media yang paling baik sebagai media penetrasi iodium ke dalam telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tiga jenis media pengasinan dan waktu inkubasi dalam proses pembuatan telur asin terhadap kecepatan penetrasi dan total iodium di dalam telur asin.





















MANFAAT MENGKONSUMSI TELUR ASIN

Telur asin, telur itik olahan berkalsium tinggi. Juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral, maka telur asin baik dikonsumsi oleh bayi hingga lansia.
Telah banyak kajian mengenai kandungan gizi pada sebutir telur. Orang juga sudah banyak tahu betapa besar kandungan proteinnya. Namun, kajian mengenai nilai gizi telur asin belum begitu populer. Padahal selain mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral lengkap, kandungan kalsium meningkat 2,5 kai setelah pengasinan.
Telur merupakan hasil ternak yang mempunyai andil besar dalam mengatasi masalah gizi masyarakat, karena telur sarat akan zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan yang sehat. zat-zat gizi yang ada pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Itulah sebabnya, maka telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh-kembang, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, serta usia lanjut.
Bobot dan ukuran telur itik rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur ayam. warna kulit telurnya agak biru muda. karena bau amisnya yang tajam, penggunaan telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telur asin.
Pengolahan Telur Asin
Awalnya masyarakat kita mengenal pengasinan sebagai salah satu upaya untuk mengawetkan telur (memperpanjang masa simpan), membuang rasa amis terutama telur itik. Namun kemudian selain telur yang mengalami pengasinan tersebut awet disimpan, rasanya juga khas, sehingga banyak diminati. Maka kemudian muncul budaya memasak telur asin.
Berdasarkan proses pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh atau menggunakan adonan garam. Adonan garam merupakan campuran antara garam, abu gosok, serbuk bata merah, dan kadang-kadang sedikit kapur.
Pembuatan telur asin dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh sangat mudah dan praktis. Namun, cara pembuatannya dengan menggunakan adonan garam akan menghasilkan telur asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa lebih enak, tapi prosesnya lebih rumit.
Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.
Berkurangnya kadar air menyebabkan telur menjadi lebih awet. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes ke poris-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke kuning telur. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Ion chlor inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet, dengan menghambat pertumbuhan mikroba pada telur.
Makin lama dibungkus dengan adonan, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga telur menjadi awet dan asin.
Nilai Gizi
Dalam telur itik, protein lebih banyak terdapat pada vagian kuning telur, 17%, sedangkan bagian putihnya terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.
Hasil penelitian mendapatkan, sebutir telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100% dibandingkan bagian putihnya 11&. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.
Hasil penelitian mendapatkan, sebutir telur mempunyai kegunaan protein (net protein utilization) 100% dibandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak. Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35%, sedangkanm di bagian putihnya tidak ada sama sekali. lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.
Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilo kalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna.
Cara Menyimpan Telur Asin
Secara umum, telur asin (baik yang masih mentah maupun yang sudah direbus) mempunyai daya awet yang tinggi, sehingga dapat disimpan dalam suhu kamar. Walaupun demikian, akan lebih baik jika penyimpanan telur asin dilakukan pada suhu 12-15 derajat C dan kelembaban udara 70-80%.
Telur dapat disimpan di dalam lemari es. Untuk mencegah kerusakan, memperlambat hilangnya kelembaban, dan mencegah terserapnya bau tajam dari makanan, saat menyimpan di lemari es sebaiknya telur asin dibungkus dengan wadah karton. Bagian tumpul menghadap ke atas.
Tanda telur asin yang baik
Telur asin yang baik, akan terlihat jika sudah dibelah. Tandanya, kuningnya berada di tengah, minyaknya hanya di bagian pinggir atau masir, rasa dan aromanya enak.
Kalsium Meningkat
Bagian kuning telur mengandung hampir semua macam vitamin (kecuali vitamin C) dan juga sumber mineral seperti : ZAT  besi, fosfor, kalsium, tembaga, iodium, magnesium, mangan, kalium, natrium, klorida, dan sulfur serta vitamin D alami.
Kandungan mineral yang lengkap pada telur tidak sama dengan bahan-bahan pangan tunggal lainnya, kecuali susu. Mineral-mineral penting yang terkandung dalam telur asin dibandingkan dengan telur itik segar, hampir ridak ada perubahan nilai gizi yang berarti akibat proses pengasinan. Kenaikan zat gizi yang cukup berarti terlihat pada kadar kalsiumnya, yaitu dari 56 mg pada telur itik segar menjadi 120 mg telur asin.
Kenaikan kadar tersebut kemungkinan berasal dari kalsium yang ada pada gara, dapur (sebagai kontaminan), abu gosok, serta kapur yang dipakai dalam pembuatan media pengasin. Masuknya kalsium berlangsung melalui cara yang sama seperti unsur natrium dan klorida, yaitu melalui pori-pori kulit telur.
Penurunan nilai gizi yang cukup berarti terlihat pada kandungan vitamin A-nya, yaitu dari 1.230 SI pada telur itik segar menjadi 841 SI telur asin. Sejumlah ahli gizi merekomendasi, mengkonsumsi telur asin, tak perlu takut kolesterol atau jantung.





















Bahan
Telur itik sebanyak 60 butir dibeli dari pasar, garam beriodium 51 ppm, abu gosok, serbuk batu bata , air
Bahan Kimia: KIO3, Asam arsenit, Ce(S0 4)2, NaOH dan KNO3 kualitas pro analisis produksi Merck.
Alat: Spektrofotometer, cawan porselen, oven, tanur, mikro pipet, blender, buret, kertas saring dan alat gelas, ember plastik kecil.
Cara pembuatan telur asin
Penelitian ini dilakukan dengan membuat telur asin dengan tiga jenis media pengasinan, yakni campuran abu gosok: garam iodium 51 ppm dengan pebandingan (2 : 1), serbuk batu bata: garam iodium dengan perbandingan (2 : 1) dan larutan garam beroidium dalam air (1:3).
Pembuatan Telur Asin dengan Media Campuran Abu Gosok dan Garam Beriodium
Sebanyak 1 kg abu, 500 g garam beriodium dan 500 mL air, dicampurkan dan diaduk homogen sehingga menjadi adonan media. Telur sebanyak 20 butir dicelupkan satu persatu dalam adonan sampai terbungkus, lalu diangkat dan diguling-gulingkan di atas abu gosok kering. Setelah telur terbungkus rata disimpan dalam ember plastik dan diinkubasi selama 20 hari. Setiap 5 hari diambil 4 butir untuk dianalisis
Pembuatan Telur Asin dengan Media Serbuk Batu Bata-garam beriodium
Sebanyak 1 kg serbuk batu bata, 500 g garam beriodium dan 500 mL air, dicampur dan diaduk sampai homogen sehingga menjadi adonan media. Telur sebanyak 20 butir dicelupkan satu persatu ke dalam adonan sampai terbungkus rata, lalu diguling-gulingkan di atas serbuk batu bata kering dan disimpan dalam ember plastic kecil dan diinkubasi selama 20 hari. Setiap 5 hari diambil 4 butir untuk dianalisis
Pembuatan Telur Asin dengan Menggunakan larutan garam beriodium dalam air
Sebanyak 100 g garam beriodium ditaburkan di atas tempayan, dimasukkan 20 butir telur yang sudah bersih dan disusun dalam tempayan tersebut. Kemudian sebanyak 200 g garam beriodium dilarutkan dalam 1,5 L air panas, kemudian disiramkan ke dalam tempayan. Sisa garam beriodium sebanyak 200 g ditaburkan di atas tempayan tersebut kemudian ditutup rapat diinkubasi 20 hari. Setiap 5 hari diambil 4 butir untuk dianalisis.
Masing-masing inkubasi telur setiap 5 hari sekali diambil 4 butir telur untuk dianalisis
Analisis Iodium Contoh Telur dan garam Beriodium10
Mencari hubungan antar intensitas absorbans sisa ion Ce4+ dengan kadar iodium.
Satu seri larutan standar KIO3 dengan kadar I sebesar 0,00; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; 0,05 ppm, sebanyak 3,0 mL ditambah 2,0 mL larutan asam arsenit 0,2 N dan didiamkan 15 menit, kemudian ditambahkan 1,0 mL larutan Cerium (IV) ammonium sulfat 0,1 N, dikocok dan setelah reaksi berjalan tepat 15 menit, absorbans larutan diukur pada panjang gelombang 420 nm dengan spektrofotometer untuk mengukur sisa ion Ce 4+. Larutan induk standar KIO3 dengan kadar I sebesar 1000 ppm dibuat dengan melarutkan 0,1680 g KIO3 dalam air.
Analisis Yodium Telur
Empat butir telur pada masing-masing periode inkubasi (lima hari ke 0 – 5) dihomogenkan dengan cara diblender, lalu ditimbang teliti dalam cawan porselen sebanyak 5 gram, ditambahkan 2 mL larutan campuran NaOH 2% dan KNO3 1%, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050 C selama 24 jam. Selanjutnya contoh diarangkan kemudian diabukan dalam tanur pada suhu 5500 C sampai menjadi abu. Abu dilarutkan dalam NaOH 0,1 N, disaring, filtratnya ditampung dalam labu 100 mL. Larutan contoh dipipet 3 mL danditambahkan 2 mL asam arsenit 0,2 mL. Setelah didiamkan 15 menit ditambahkan larutan Ce(SO4)2 0,1 N, dikocok kemudian didiamkan lagi 15 menit. Absorban diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Analisis kandungan iodium dilakukan sebelum, selama dan sesudah penggaraman. Analisis dilakukan sebanyak 4 kali ulangan untuk setiap contoh uji.
Analisis Yodium Garam
Sampel garam beriodium ditimbang sebanyak 5 g, ditambah dengan NaOH 0,1 N, kemudian disaring dan filtratnya ditampung dalam labu takar 100 mL, Larutan contoh ditetapkan kadar iodium seperti pada contoh telur asin tersebut diatas.
Rancangan percobaan
Untuk melihat perubahan kadar iodium dalam garam dilakukan eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), Variabel bebas terdiri dari tiga jenis media pengasinan dan lama pengasinan (0, 5, 10, 15 dan 20 hari), sedangkan variable terikatnya kadar Iodium dalam telur.
Hasil
Kandungan air menurun sesuai dengan lamanya inkubasi, pada lima hari pertama sudah terjadi penurunan kadar air telur bebek yang inkubasi dengan ketiga media. Penurunan kadungan air terus berlangsung pada hari ke-20 atau lima hari ke-4. Jumlah air pada lima hari ke 4 atau hari ke 20, baik dalam telur asin dengan media abu – garam, telur asin media batu bata – garam dan telur asin dengan media air – garam
Kadar Iodium dalam telur asin pada hari ke-0 s/d ke-20
Kadar Iodium dalam telur asin pada hari ke 0 - 20
Hubungan intensitas absorbans sisa ion Ce4+ dengan kadar Iodium
Data hubungan intensitas sisa ion Ce4+ dengan kadar iodium dapat dilihat pada Gambar 1. Persamaan linier yang didapat adalah Y = - 32.45 + 1.6607, yang mana X adalah kadar I dalam ppm da Y adalah absorbans sisa ion Ce4+ dengan koefisien korelasi R = 0.9897, nilai mendekati 1, artinya hubungan tersebut sangat signifikan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar iodium dalam telur meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu penggaraman. Sebelum peng-garaman kadar iodium pada telur mentah adalah 0,03 ppm. Pada penggaraman yang dibungkus dengan abu gosok-garam iodium pada hari kelima iodium telah meningkat mejadi 1,36 ppm, setelah hari ke sepuluh menjadi 1,53 ppm dan pada hari ke 20 kadar iodium menjadi 2,20 ppm. Gambar 2.
Pembahasan
Peningkatan iodium dalam telur tidak meningkat secara konsisten, tetapi berfluktuatif. Pada periode I (hari ke-lima) peningkatan kadar iodiumnya cukup menyolok, karena paling tinggi dibandingkan dengan periode II (hari kesepuluh). Hal ini mungkin disebabkan karena pada periode I (hari kelima), garam beriodium telah mengion sempurna sehingga ion-ion garam dan iodium lebih banyak terdifusi secara maksimal kedalam telur melalui pori-pori kulit. Sedangkan pada periode II (hari kesepuluh), ion-ion garam dan iodium telah berkurang sehingga peningkatan iodium dalam telur tidak sebesar pada periode I (hari kelima).
Partikel abu gosok berbentuk kecil/halus sehingga jika abu gosok, garam dan air dicampurkan menjadi satu adonan garam yodium yang telah mengion akan terikat oleh partikel abu gosok. Ukuran partikel abu gosok yang relatif kecil ini akan memungkinkan kontak dengan permukaan kulit telur. Partikel abu gosok banyak mengikat ion-ion garam beriodium. Dengan adanya partikel yang kontak dengan kulit telur maka memungkinkan iodium akan terdifusi ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur.
Pada pembuatan telur asin dengan media campuran abu dan garam iodium pada periode I (lima hari pertama) pemeraman kadar iodium gosok yang relatif kecil ini akan memungkinkan kontak dengan permukaan kulit telur. Partikel abu gosok banyak mengikat ion-ion garam beriodium. Dengan adanya partikel yang kontak dengan kulit telur maka memungkinkan iodium akan terdifusi ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur.
Pada pembuatan telur asin dengan media campuran abu dan garam iodium pada periode I (lima hari pertama) pemeraman kadar iodium meningkat menjadi 1,37 ppm, sedangkan pada periode IV (hari ke-20) kadar iodium menjadi 2,20 ppm. Besar peningkatan tidak tetap dalam setiap periode. Peningkatan paling besar dialami pada pemeraman periode II (hari ke-10). Pada akhir penggaraman atau hari ke-20 telur mengandung Iodium sebanyak 2,2 ppm, setara dengan 132 μg per butir telur (60 gram). Dengan asumsi kebutuhan iodium per hari 150 μg3 sehingga kecukupan iodium pada orang dewasa sehari hampir dapat dicukupi dengan mengkonsumsi sebutir telur.
Telur asin dengan penggaraman yang dibungkus dengan serbuk batu bata-garam iodium pada periode I (hari kelima) pemeraman kadar iodium meningkat menjadi 0,65 ppm, sedangkan pada periode IV (hari ke-20) kadar iodium menjadi 2,21 ppm. Besar peningkatan tidak tetap dalam setiap periode. Peningkatan paling besar dialami pada pengeraman periode ke II (hari kesepuluh). Pada akhir penggaraman atau hari ke 20 telur mengandung Iodium sebanyak 2,2 ppm. Rata-rata berat 1 butir telur 60 gram, maka kandungan Iodium adalah 132 μg per butir. Dengan asumsi kebutuhan iodium per hari sehingga kecukupan iodium pada orang dewasa sehari hampir dapat dicukupi dengan mengonsumsi sebutir telur.
Dari hasil analisis telur yang dibuat dengan air garam menunjukkan adanya peningkatan iodium, walaupun dalam jumlah yang relative sedikit dibanding dengan telur asin yang dibuat dengan media abu gosok maupun serbuk batu bata. Pada periode I (hari kelima) kadar iodium meningkat menjadi 0,27 ppm atau mengalami peningkatan hampir 8 kali dibanding sebelum dilakukan penggaraman, sedangkan pada akhir penggaraman yaitu pada hari ke-20 kadar iodium meningkat menjadi 0,73 ppm, setara dengan 43,8 μg per butir telur. Dengan asumsi kebutuhan iodium per hari 150 μg sehingga kecukupan iodium pada orang dewasa sehari perlu mengkonsumsi lebih dari 3 butir telur.
Penetrasi iodium tertinggi dihasilkan melalui pembuatan telur asin dengan menggunakan media abu gosok disusul media serbuk batu bata (Gambar 1). Media air garam menghasilkan telur asin dengan kandungan paling rendah dibandingkan telur dari kedua media yang lain. Sifat iodium dalam air garam banyak mengalami penguapan karena proses pemanasan.11 Hal ini menyebabkan penetrasi iodium ke dalam telur relatif kecil.
Lama proses penggaraman berpengaruh terhadap penetrasi iodium. Semakin lama proses penggaraman maka kadar iodium dalam telur semakin tinggi. Hasil analisis SPSS 15 menunjukkan Koefisien korelasi 0.758, arah postif, makin besar waktu makin besar kandungan iod, sehingga waktu dapat digunakan untuk mem-prediksi kadar iodium. Tingkat signifikan korelasi p= 0.001 (< 0.05) korelasi kadar iod dan waktu sangat nyata. Jenis media yang digunakan untuk penggaraman juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peningkatan iodium dalam telur asin dengan nilai koefisien korelasi -0.511, tingkat signifikansi korelasi yang dihasilkan p= 0.026 (p< 0.05).

Kadar Iodium dalam telur asin (dihitung dalam berat kering) pada hari ke 0 – 20
Peningkatan jumlah KIO3 dalam telur tidak mengganggu cita rasa telur asin. Namun lama penyimpanan mengakibatkan penurunan kadar KJO3, karena kerusakan KIO3. Lama penyimpanan juga mengakibatkan penurunan cita rasa telur asin.11,12
Dihitung dalam berat kering kandungan iodium telur bebek yang diikubasi dengan abu – garam dan batu bata – garam meningkat hamper sama besar pada hari ke-20, yaitu masing-masing menjadi 6.34 ppm dan 6.28 ppm. Sementara pada telur bebek yang diinkubasi dengan media air – garam beriodium meningkat paling kecil menjadi 2.16 ppm.
Kesimpulan
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis media pengasinan dan waktu inkubasi pembuatan telur asin berpengaruh terhadap kadar Iodium dalam telur. Media campuran abu gosok dan garam iodium adalah yang terbaik karena penetrasi Iodium paling cepat.
2. Pada akhir inkubasi baik dengan media abu-garam beriodium maupun serbuk batu bata- garam selama 20 hari menghasilkan telur asin dengan masing-masing kandungan iodium 2,2 ppm, yang setara dengan 132 μg iodium per butir telur. Sementara pada akhir inkubasi dengan media larutan garam beriodium pada hari ke 20 kadar iodium meningkat menjadi 0,73 ppm, setara dengan 43,8 μg per butir telur.

Saran
Perlu dilakukan analisis penetrasi garam dalam telur asin yang di inkubasi dengan berbagai media yang biasa digunakan oleh masyarakat dan menggunakan garam beriodium dengan beberapa konsentrasi.